Selasa, 31 Mei 2011 0 komentar By: Unknown

Falsafah Shalat Lima Waktu

Apa sebenarnya makna dari shalat lima waktu? Shalat lima waktu sebenarnya merupakan gambaran dari berbagai kondisi kita yang berbeda-beda sepanjang hari. Kita melewati lima tahapan kondisi pada saat sedang mengalami musibah dan fitrat alamiah kita menuntut bahwa kita harus melewatinya. Pertama, adalah ketika kita mendapat gambaran bahwa kita akan menghadapi musibah. Sebagai contoh, bayangkan ada surat panggilan bagi kita untuk menghadap ke suatu pengadilan. Kondisi pertama ini akan langsung meruyak rasa ketenangan dan keteduhan kita. Kondisi seperti menerima surat panggilan pengadilan ini mirip dengan saat ketika matahari mulai menggelincir. Sejalan dengan kondisi keruhanian tersebut ditetapkanlah shalat Dhuhur yaitu ketika matahari mulai menggelincir.

Kita mengalami kondisi kedua ketika kita sepertinya mendekat kepada tempat musibah terjadi. Sebagai contoh, setelah ditahan berdasar surat panggilan, tiba waktunya kita diajukan ke hadapan hakim. Pada saat demikian kita merasakan kegalauan perasaan dan beranggapan bahwa semua rasa keamanan telah meninggalkan diri kita. Kondisi seperti itu mirip dengan keadaan ketika sinar matahari mulai suram dan manusia bisa melihat matahari secara langsung serta menyadari bahwa sebentar lagi matahari itu akan terbenam. Sejalan dengan kondisi keruhanian seperti itu maka ditetapkanlah shalat Ashar.

Kondisi ketiga adalah keadaan ketika kita merasa kehilangan segala harapan memperoleh keselamatan dari musibah. Sebagai contoh, setelah mencatat bukti-bukti tuntutan yang akan membawa kehancuran diri kita, kita didakwa dengan bentuk pelanggaran dimana telah disiapkan surat dakwaan. Pada saat demikian, kita merasa sepertinya kehilangan semua indera dan mulai berfikir menganggap diri sebagai narapidana. Kondisi seperti itu mirip dengan saat ketika matahari terbenam dan harapan melihat terang hari sudah pupus karenanya. Diperintahkanlah shalat Maghrib yang sejalan dengan kondisi keruhanian demikian.

Selasa, 10 Mei 2011 0 komentar By: Unknown

Tips agar menjadi orang yang dewasa


Wah!! Da tuntutan nih dari Orangtua dan Keluarga. "Kamu tuh harus dewasa, dewasa!!". Q berfikir dan langsung merenung. Masih anak-anakkah aku? Dengan umur 17th. "Umur 15, cara berfikirnya umur 25th" Tambah tuntutan. "Bukan pengen dewasa, lalu lihat lihat hal-hal porno" Tambah tegas tuntutan.

"DEWASA!!!"

Memang benar, mereka menuntut sesuatu yang benar dan baik. Namun kita sebagai remaja, kritikan dan amarah tersebut belum dapat dicerna langsung. Yang ada prasangka buruk.

Ya dah, agar kita menjadi lebih baik, dan tuntutan keluarga terpenuhi inilah tips gar kita tambah dewasa :

1. Tau mana yang baik dan mana yang tidak baik.

2. Bisa memprioritaskan yang terutama dan yang pertama.

3. Dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, lebih bagus lagi dia dapat membantu menyelesaikan masalah orang lain tanpa merugikan salah satu pihak, tidak lari dari masalah.

4. Dapat berlaku adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan. tidak tergesa-gesa tapi juga tidak bertele-tele.
5. Sayang terhadap dirinya sendiri dan peduli terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
6.Taat beribadah.

Langsung kita praktekkan ya. Moga kita tambah dewasa, menjadi yang baik--Terbaik..

SALAM BERJUANG !!

Menjaga Kepercayaan


Melakukan suatu pekerjaan yang dipercayakan kepada kita, seyogyanya dengan sungguh-sungguh, karena dengan demikian kita dapat memperoleh hasil yang maksimal dan sesuai atau setidaknya mendekati sesuai dengan yang diharapkan oleh yang memberikan pekerjaan tersebut.

Yang terpenting kita harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan atau tugas tersebut sebagai amanat yang dipercayakan pada kita, sehingga orang dapat melihat dan menilai usaha maksimal kita dalam melaksanakannya.

Dipercaya oleh orang lain merupakan kehormatan bagi diri kita, yang berarti kita diperlukan oleh orang lain, seharusnya kita bersyukur pada Allah ternyata diri kita berguna untuk orang lain.

Coba pikirkan bagaimana jika kita tidak dipercaya oleh orang lain, tentunya kita merasa kecewa, karena ada dan tidak adanya kita ternyata tidak berpengaruh pada orang lain, seperti pepatah ”ada tidak menggenapkan, tidak ada tidak mengganjilkan”. Sungguh ironis jika menimpa diri kita.

Sabtu, 07 Mei 2011 0 komentar By: Unknown

KAWAN YANG DERMAWAN

Malam masih terasa kelabu
Mengiring hati yang tak menentu
Baru sepenggal rindu ini berlalu
Bayangnya masih lekat di sepatu pemberiannya
Senyum khasnya masih melekat erat di kaos pemberiannya

Masih ingatku tawanya
Masih ingat ku sapanya
Sesekali aku mencuri pandang dan belajar
Terhadap sosoknya yang Dermawan
Sosok yang sederhana tetapi berkarakter kuat
Memberi sentuhan elegan dan tidak malu
Tiada malu siapa pun yang mendekatnya

Begitu hangat pribadinya
Semua terasa aman di buatnya
Keikhlasan menjadi cirinya yang tak lepas
Seolah-olah keikhlasan ini miliknya

Rabu, 04 Mei 2011 0 komentar By: Unknown

Ingatan Mengenai Wajah

Sering digambarkan dalam film bahwa anak kecil yang menjadi saksi kunci suatu kejahatan dianggap memiliki ingatan tajam untuk mengenali wajah si penjahat yang dilihatnya. Hal itu seolah menunjukkan bahwa ingatan anak-anak terhadap wajah seseorang lebih tajam dibanding mereka yang sudah dewasa.


Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Laura T. Germine dan Ken Nakayama dari Harvard University dan Bradley Duchaine dari Dartmout College menunjukkan hal yang menarik. Mereka melakukan penelitian untuk menemukan pada usia berapa seseorang paling tajam ingatannya mengenali wajah dan nama seseorang. Resume hasil penelitan mereka dipublikasikan pada pertengahan Desember 2010 ini.


Para peneliti tersebut melakukan penelitiannya berdasarkan Cambridde Face Memory Test yang melibatkan relawan sebanyak 44.000-an berusia antara 10 hingga 70 tahun. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa kemampuan mengingat nama seseorang maksimal (paling tajam) terjadi pada usia 23 sampai 24 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu.